Sabtu, 21 Januari 2012

Kisah Anak Indigo Berkekuatan "Dewa"


Usianya belum genap lima tahun, Prana mampu menyembuhkan orang sakit dan meramal. Benarkah ia titisan panglima perang cina.

Siang itu, Pranaya Sinangwidhi (7) asyik bermain dengan kakaknya, Anggrawidhi (10). Melihat tingkah lakunya, tidak ada yang mengira bahwa Prana, demikian nama panggilannya, memiliki kemampuan yang hampir mustahil dimiliki anak sebayanya, bayhkan
orang dewasa pada umumnya.
Putra bungsu pasangan Pertiwi Purnamaratri (41) dan Alika Chandra (43), ini di usia yang terbilang belia, rajin melakukan puasa dan meditasi. Ia mampu membaca peristiwa alam yang akan terjadi dimasa depan, bahkan memiliki kemampuan menyembuhkan penyakit. Sejak usia lima tahung hingga kini, bocah lugu ini kerap bercerita kepada ibunya bahwa ia pernah terlahir sebagai panglima perang dari cina yang hidup di abad 13 serta penyembuhan bagi banyak orang.
Mungkinkah semua itu hanya khayalan seorang anak kecil? simak penuturan ibunda Prana, Pertiwi, yang membagi kisah putra bungsunya itu kepada Femina

MENYEMBUHKAN DIRI SENDIRI
Tidak ada yang istimewa pada kehamilan anak keempat saya. Semuanya berjalan wajar, sama seperti saat mengandung ketiga kakaknya, Ratnaganadi Paramita (15), Ananta Wijayanti(12), dan Anggrawidhi (10). Hanya saja, saat proses kelahiran Prana, saya merasakan sakit yang luar biasa, hingga saya hampir pingsan. Untuk beberapa saat lamanya, pada masa kontraksi saya merasakan seluruh tubuh panas dingin, seperti ada kekuatan besar yang menyelimuti saya.
Untunglah bayi lelaki saya lahir sehat dan selamat pada tanggal 21 Agustus 2007. Pranaya Sinangwidhi, nama itu diberikan oleh salah seorang kakak saya, berasal dari bahasa Sanskerta yang artinya. ‘ Kepemimpinan’ Roh Suci . Saya sangat bersyukur dan bahagiasaat bayi mungil ini tertidur tenang dalam pelukan saya.
Pada usia 6 bulan, Prana mulai menampakkan perilaku bayi yang tidak umum. Dia menolak tidur didalam boks bayi, dengan cara menangis keras. Ketika dipindahkan ke tempat tidur saya, anak ini justru merayap turun dari ranjang, dan milih berbaring dilantai tanpa alas. Jika dipindahkan, ia akan menjerit tanpa henti.
Khawatir dengan kebiasaan Prana, saya dan suami memutuskan memasang karpet di lantai agar ia bisa tidur dengan nyaman. Tetapi tak lama berselang, dengan tangan dan kaki yang mungilnya,Prana berusaha menyingkirkan karpet, kembali tidur di lantai dingin tanpa alas. Tidak hilang akal, saya kembali memasang alas lantai,kali ini seluruh rumah dilapisi Vinyl ( karpet plastik). Herannya, Prana juga menolak, tangannya mencari-cari ujung vinyl,kemudian berusaha membongkarnya. Tak tahu harus bagaimana lagi, akhirnya saya membiarkannya tidur di lantai.
Anehnya, meski saya merasa cemas Prana bisa jatuh sakit karena tiap hari tidur di lantai, Prana kecil justru jarang sekali sakit. Lama saya baru menyadari, putra saya memiliki kemampuan menyembuhkan diri sendiri. Kebiasaan tidur di lantai ini ternyata merupakan upaya menetralisasi penyakit di tubuhnya.
Suatu ketika, saat usianya 4,5 tahun, ia mengalami demam tinggi. suhu tubuhnya mencapai mencapai 40 derajat celcius. Selama sepuluh hari tidak ada obat yang mampu menurunkan panasnya. Ketika dilakukan tes darah oleh dokter, hasilnya tidak menunjukan ia mengidap penyakit tertentu. Sepulang dari dokter, dalam gendongan saya, Pran memaksa turun, kemudian berbaring di lantai. Tidak lama kemudian, suhu tubuhnya normal kembali. Ia pun sembuh. Kendati rasa cemas lenyap, lagi-lagi saya hanya bisa terheran-heran.

MELIHAT MAHLUK HALUS
Sejak kecila Prana memang memiliki kemampuan melihat mahluk yang tidak kasatmata. Ia bisa bercerita, mahluk apa yang dilihatnya, bentuknya seperti tuyul, arwah penasaran, wanita berambut panjang, atau malaikat pencabut nyawa. Mahluk yang mengeluarkan sinar terang benderang, disebut sebagai malaikat, sedangkan yang berwajah seram, yang sering melarangnya berdoa, disebutnya sebagai iblis.
Pada awalnya saya menganggap penglihatan Pran ini sebagai hal wajar. Bukahkah umumnya anak kecil mempunyai mata batin yang kuat sehingga mampu melihat mahluk halus? Karena itu, saat Prana memberitahu ada mahluk di ujung ruangan, saya hanya bisa berkata, ” Biarkan saja, Nak, yang penting mereka tidak mengganggu kita”.
Sejak kecil, ketika bermain sendiri, dia terlihat seperti sedang bermain atau berbicara dengan seseorang, padahal tidak ada lawan main ataupun lawan bicara di hadapannya. Prana juga pernah meminta izin kepada saya, ada temannya yang mau datang ke rumah. Dia kemudian membukakkan pintu pagar, lalu bermain dihalaman. Anehnya, saya tidak melihat ada siapa pun didekatnya, meski saya melihat dari gelagatnya, ia tidak bermain sendiri. Namun, saya masih menganggap biasa, sebab beberapa anak kecil memang memiliki teman khayalan.
Suatu peristiwa yang membuat saya dan ayahnya akhirnya ngeh bahwa dia memang memiliki ‘bakat’ khusus adalah ketika kami sekeluarga menonton sebuah pertunjukan di Taman Ismail Marzuki (TIM) Jakarta, dua tahun lalu. Seorang remaja pria berusia belasan tahun, tiba-tiba mengalami kerasukan. Semua orang yang berada disana, baik anak-anak maupun orang dewasa, lari ketakutan. Namun, tidak demikian dengan Prana. Dengan berani ia mendekati remaja itu, memegang tubuhnya, memejamkan mata lalu berdoa.
Yang membuat saya tercengang, tidak lama kemudian remaja itu pun tersadar. Membayangkan saya sendiri berusaha mengusir roh jahat yang mustahil. Tetapi, hal itu bisa dilakukan oleh Prana yang usianya belum genap lima tahun.

Pada suatu hari, seorang teman bercerita kepada saya tentang ‘bakat’ anak saya yang disebut – sebut sebagai anak indigo. Ternyata, apa yang dialami anak tersebut sam seperti yang terjadi pada Prana. Akhirnya, saya mulai banyak mencari informasi tentang anak indigo untuk memahaminya, dan sering mengajaknya ngobrol mengenai kemampuannya.
Hasilnya benar-benar membuat saya terkejut. Anak sekecil itu setiap hari menghadapi gangguan dari mahluk halus, yang banyak di antaranya berniat buruk padanya. Pengakuan terbuka Prana menjelaskan, alasannya sering membangunkan kami di tengah malam untuk berdoa adalah karena ia ingin mengusir mahluk halus yang mengganggunya.

Tidak hanya mahluk halus, Prana juga mampu membaca aura seseorang. Suatu hari kami kedatangan seorang tamu,Prana membisiki saya bahwa tamu itu beraura ‘gelap’. Tapi, lalu ia berkata,” Sudah aku doakan kok, Ma, supaya wajahnya jadi terang,” Saya pun bertanya, bagaimana cara ia berdoa, karena pengetahuan agamanya masih untuk ukuran anak-anak, ditambah lagi agama si tamu belum tentu sama dengan kami. Dengan tutur bicara layaknya orang dewasa dia menjawab, “Berdoa bisa dilakukan untuk siapa saja tanpa memandang keyakinannya. Yang penting tujuan kita mendoakan adalah supaya orang itu jadi baik.”
Tanpa pernah diperintah ataupun diajarkan sebelumnya, Prana juga melakukan puasa dan meditasi. Keinginannya berpuasa tidak dapat dihentikan. Ia kuat menahan lapar dan haus. Sering kali saya juga mendapatinya sedang bermeditasi, dimana saja dan kapan saja. Tidak ada yang bisa membuyarkan konsentrasinya.

Ketika menonton televisi pun, tiba-tiba matanya bisa terpejam, dan kedua tangannya tertumpu pada kedua lututnya. Karena spiritualitas yang tinggi ini saya merasa batinnya dekat dengan alam. Gempa bumi, letusan gunung dan banjir, pernah diutarakan kepada saya dan ayahnya, jauh sebelum peristiwa itu terjadi.
Belakangan baru saya ketahui, Prana juga memiliki kemampuan melihat organ tubuh manusia. Dengan cara inilah, saya menyadari ia dapat menyembuhkan orang sakit. Benar saja, sakit di lutut saya yang sudah menahun hilang hanya dengan doa dan sentuhan tangannya. Akibatnya, teman-teman dan sanak keluarga yang kebetulan mengetahui kemampuan Prana, mendatangi rumah kami dan minta didoakan agar sembuh dari suatu penyakit, bahkan untuk bisa bebas dari masalah yang sedang mereka hadapi.
Kadangkala, saya merasa bingung, anak sekecil itu, kok, dipercaya memimpin doa untuk kesembuhan orang dewasa. Tapi, dengan ringan Prana menyebut kemampuannya berkat pertolongan Tuhan.

MENIKMATI BELAJAR DISEKOLAH
Beberapa anak dengan kemampuan khusus seperti Prana, yaitu anak indigo, biasanya menolak untuk sekolah. Untungnya Prana tidak demikian. Ia bisa menikmati keberadaannya bersama lingkungan dan teman-teman sebayanya di sekolah. Hanya, seringkali ia lebih memilih membaca diperpustakaan dibanding bermain bola saat jam istirahat di sekolah. Yang sangat menarik minatnya saat ini adalah hal-hal yang berkaitan dengan ilmu biologi dan asal usul penyakit kanker serta AIDS. Salah seorang teman saya pernah terkaget-kaget oleh penjelasan Prana tentang suatu penyakit.
Prana juga tertarik pada suatu olahraga bela diri yaitu, taekwondo. Beberapa kali ia meraih mendali untuk olahraga satu ini. Sayangnya, selalu mendali perak, tidak pernah emas. Lucunya, saat bertanding dengan ia selalu menunggu lawan mainnya melakukan tendangan berulang-ulang, baru kemudian dia membalas. Kalau saya bertanya alasan ia berbuat itu, jawabannya selalu sama; orang ditendang dulu baru boleh membalas.
Anehnya lagi, entah ini berhubungan atau tidak, sejak berusia lima tahun, Prana sering mengaku bahwa ia dulu adalah seorang panglima perang di negeri Cina. Mungkin, ini merupakan latar belakang mengapa ia menyukai olahraga bela diri, dan juga pernah mengaku pernah menjadi seorang penyembuh di masa lalu. Ceritanya inin sepertinya berkaitan dengan kemampuan serta minatnya yang begitu besar pada penyembuhan penyakit.
Keberadaan anak indigo sering kali diingkari oleh orang tuanya sendiri. Jujur, saya pun pernah mengalaminya. Pada awalnya, saya sempat stres, hingga berkata Tuhan, bila boleh memilih, saya ingin Prana lahir seperti anak normal lainnya. Namun, setelah memahami Prana, anak indigo memang perlu diperlakukan secara khusus, tetapi bukan istimewakan. Bila mereka tidak mendapat perhatian dan dukungan iman, takutnya perkembangan emosi serta spiritualnya bisa kacau.
Saat ini saya dan suami menyadari, Prana diberi karunia Tuhan behitu besar. Saya merasakan, keberadaannya juga dibutuhkan orang lain. Tak sedikit pun ia meminta balasan saat menolong seseorang. Tak pernah ia melupakan janjinya berdoa untuk ke-sembuhan seseorang. Sebagai anak, Prana juga tidak pernah menyusahkan. Justru dia yang banyak membimbing saya supaya lebih dekat kepada Tuhan. Bagaimanapun, semua hanya titipan Tuhan. Kalau Tuhan menghendaki kemampuan Prana harus berhentisampai disini, saya ikhlas. Sama seperti orang tua lain, saya hanya ingin anak saya tumbuh menjadi anak baik dan berguna bagi sesama.

GENERASI INDIGO, REINKARNASI MASA LALU?
Dr.TB.ERWIN KUSUMA, SpKJ (K)
PSIKIATER ANAK.
Lahirnya generasi indigo bisa dikatakan sebagai fenomena alam. Sama seperti halnya hewan, manusia pun mengalami evolusi. Tubuh manusia memiliki tujuh cakra, yang tediri dari cakra dasar (merah), cakra perut (jingga), cakra uluhati(kuning),cakra dada (hijau), cakra leher (biru), cakra dahi (nila),cakra ubun (ungu). Energi yang terpancar adalah energi inframerahyang berasal dari alam, sehingga kasatmata.
Cakra ini berkembang seiring dengan keberadaan manusia di muka bumi. Pada awalnya cakra yang berkembang adalah cakra dasar, yang berkaitan dengan kehidupan nabati. Pada periode ini manusia menemukan api, untuk memasak, makan dan minum. Selanjutnya berkembang cakra perut, yaitu dimulainya kehidupan hewani, ditandai dengan penemuan alat gerak sperti roda, dan alat perang seperti tombak.
Saat ini perkembangan cakra erat kaitanya dengan kehidupan insani, yaitu perkembangan organ nalar. Pada periode sebelumnya organ penalaran ini bisa dikatakan tidak aktif. Cakra campuran leherberwarna biru dengan cakra dasar berwarna merah yang getarannyalebih tinggi satu oktaf, menghasilkanwarna biru gelap atau nila. Warna inilah yang disebut sebagai indigo.Generasi indigo ini banyak muncul menjelang era millenium alias tahun 2000-an.
Tidak mudah memang bila kita menyebut mereka sebagai reinkarnasi orang-orang yang pernah hidup di masa lalu. Namun, kenyataan, beberapa anak indigo memiliki kemampuan berbahasa ataupun kemampuan lain, yang belum pernah diajarkan siapapun sebelumnya.Manusia yang memiliki spiritualitas dan intelektualitas tinggi, setelah mati, lahir kembali dengan sosok yang baru, di antaranya dalam tubuh anak indigo ini, untuk tujuan mulia. Dari segi fisik, anak indigo tidak berbeda dengan anak-anak lain.Tapi, memiliki sifat berbeda dari anak-anak sebayanya. Karena telah melampaui generasi biru(nalar), biasanya mereka mendobrak tradisi yang tidak rasional.
Secara sederhana, misalnya mereka dapat memprotes, mengapa masuk kelas harus berbaris?Sebab, bagi mereka, tanpa berbarispun bisa masuk kelas dengan tertib. Atau, mengapa harus tidur jam 9 malam, kalau besok pagi mereka bisa bagun pagi dan tidak terlambat masuk sekolah.
Kecerdasan anak indigo memang berada diatas rata-rata, sehingga biasanya tidak mau bergaul dengan anak seusianya. Mereka dengan mudah menguasai suatu hal hanya dengan, mengamati tanpa diajarkan. Mereka dapat membaca perasaan, kemauan dan pikiran orang lain, dan lebih tertarik pada hal yang berkaitan dengan alam dan kemanusiaan.Nah, karena yang paling berkembangan adalah sisi spiritual, banyak anak indigo yang mampu menjadi pengajar meditasi, guru spiritual ataupun mengobati penyakit, di usia yang sangat belia.
Anak Indigo bukanlah anak yang sakit jiwa.Mereka sering disebut sebagai gifted chil atau anak yang memiliki ‘bakat khusus’. Karena itu, agar anak indigo tetap ‘membumi’ dan seimbang. Perlu dukungan dan kasih sayang dari orang-orang disekitarnya. Sebab, jika tidak, mereka dapat mengalami ketakutan dan trauma tersendiri. Berikanlah pengertian yang bahwa mereka memang ‘ istimewa’. Perlakukan dengan penuh perhatian dan kasih sayang, agar mereka tetap merasa nyaman. Selain itu, mereka bisa berkembang sesuai dengan keberadaan mereka di dunia, antara lain dengan menolong sesama.

Sumber:http://bambang-gene.blogspot.com/2012/01/anakku-titisan-panglima-perang-cina.html#ixzz1jickb0cN

0 komentar:

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites